Kamis, 22 Juli 2010

LAPAN Akan Bangun Stasiun Peluncuran Satelit

LAPAN Akan Bangun Stasiun Peluncuran Satelit




Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional akan membangun stasiun peluncuran satelit di Pulau Enggano, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara.

Rencana itu disampaikan Sekretaris Utama LAPAN Bambang Kusumanto usai menggelar pertemuan dengan Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin di Gedung Daerah, Bengkulu, Kamis.

"Pertemuan hari ini untuk mematangkan rencana pembangunan stasiun peluncuran satelit di Pulau Enggano dan kami membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah," katanya kepada wartawan.

Bambang mengatakan untuk tahap pertama akan dilakukan penandatanganan nota kesepakatan antara Pemerintah Provinsi Bengkulu dengan LAPAN pada 2 Agustus di Jakarta.

Selanjutnya, kata dia, akan dibentuk tim untuk melakukan sejumlah kajian dan survei untuk menentukan lokasi pembangunan stasiun peluncuran.

"Kami akan membuat studi kelayakan yang membutuhkan waktu enam bulan, kemudian analisis mengenai dampak lingkungan dan diharapkan pada 2011 sudah dimulai pembangunan fisik," katanya.

Selama ini, kata Bambang, LAPAN meluncurkan satelit ke sejumlah orbit melalui stasiun peluncuran Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.

Namun kapasitas stasiun peluncuran roket tersebut terbatas seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di sekitar lokasi peluncuran sehingga menimbulkan risiko yang lebih besar.

"Stasiun peluncuran di Enggano ini rencananya lebih besar dari kapasitas di Pameungpeuk dan lokasinya juga strategis dan penduduknya masih sedikit," katanya.

Sementara itu Gubernur Bengkulu Agusrin Najamudin menyambut baik rencana LAPAN tersebut karena akan membantu pemerintah dalam mengawasi pulau terluar itu.

"Kami mendukung penuh rencana ini dan akan disosialisasikan kepada masyarakat di Pulau Enggano bahwa keberadaan stasiun peluncuran satelit ini tidak membahayakan jiwa mereka," katanya.

Agusrin mengatakan luas areal yang dibutuhkan untuk membangun stasiun tersebut sekitar 200 hektare (ha) dari 40 ribu ha luas pulau yang berjarak 106 mil dari Kota Bengkulu itu.

Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang dihuni lebih dari 2.600 jiwa masyarakat adat yang terbagi dalam lima suku besar yakni Kaitora, Kaahua, Kauno, Kaharuba dan Kaharubi





Diambil dari berita www.antaranews.com

Pakistan Tawarkan kerjasama pembuatan jet tempur JF-17




Pakistan menawarkan Indonesia untuk memproduksi bersama pesawat tempur JF-17."
Kami menawarkan kerja sama produksi pesawat tempur JF-17 kepada Indonesia. Sebelumnya, kami sudah melakukan kerja sama serupa dengan China," kata Menteri Federal Urusan Pertahanan Pakistan Chaudry Ahmad di Jakarta, Rabu.
Usai penandatanganan nota Kesepakatan Kerja Sama Pertahanan RI-Pakistan, ia mengatakan, pihaknya telah banyak banyak melakukan kerja sama industri pertahanan dengan sejumlah negara seperti China.
Selain pesawat tempur JF-17, Pakistan juga menawarkan kerja sama industri kapal patroli.
Menanggapi itu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pihaknya masih menjajaki kemungkinan kerja sama dengan Pakistan tentang pembuatan pesawat tempur JF-17.
Ia mengatakan, Pakistan telah melakukan produksi bersama pesawat temput JF-17 dengan China. "Produksi bersama mereka mencapai 500 unit, dari jumlah itu, 350 unit untuk Pakistan dan sisanya untuk China. JF-17 merupakan pesawat tempur generasi 4+ atau lebih canggih dari Sukhoi dan F-16 yang kita punya," ujar Purnomo.
Sementara itu, Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin menambahkan, kedua pihak akan membicarakan kemungkinan produksi bersama pesawat alat utama sistem senjata seperti pesawat tempur JF-17 dan kapal patroli setelah terbentuk kesepakatan produksi bersama (joint production agreement).
"Setelah itu terbentuk pada Oktober mendatang, kita baru akan mendata apa saja yang bisa dikembangkan kedua pihak. Namun, selama ini Indonesai telah membeli sejumlah amunisi kaliber besar. Jadi terlalu dini, jika kita langsung membuat kesepakatan," ujarnya.
Pesawat yang diproduksi Pakistan-China JF-17 telah dipesan antara lain Azerbaijan dan Zimbabwe sedangkan negara lain yang telah menunjukkan minatnya adalah Bangladesh, Myanmar, Mesir, Iran, Lebanon dan Malaysia.

Minggu, 18 Juli 2010

Secuil Produk buatan Indonesia

Semoga menjadi pertimbangan, apakah kita mencintai produk dalam negeri...banyak sekali saudara se indonesia yang hidup dari industri ini....Jangan biarkan pengangguran bertambah di Indonesia.........




Komputer
Advan, BYON, Forsa, Axioo
Keempat laptop ini memang perusahaannya milik Indonesia, tetapi hanya berupa rakitan dari komponen-komponen Laptop yang dikirim dari Taiwan.
Zyrex
Didirikan pada tahun 1996 dengan nama PT. Zyrexindo Mandiri Buana. Hampir semua komponennya buatan Indonesia. Dan pastinya juga dirakit di Indonesia.

Sepeda Listrik
BETRIX
Nama perusahaannya PT Betrix Indonesia, memproduksi sepeda listrik untuk kategori 200-235 watt. Betrix sendiri merupakan singkatan dari Bebek Listrik. Didirikan oleh orang Bandung, namanya Mario. Menggunakan perpaduan teknologi dari Jepang, Jerman dan Taiwan. Dibandingkan dengan sepeda listrik buatan cina yang saat ini juga marak di pasar Indonesia, Betrix saat ini telah lebih dari 8 tahun memimpin dari segi pasar dan teknologi kendaraan listrik roda dua.

Handphone
SPIRIT
Dikomandani oleh Samuel Kevin Wirianto. Pabriknya terletak di daerah Cikarang, Bekasi. Model yang paling diusung adalah S77, dengan andalan ponsel TV dan dual SIM card.

Elektronik
Polytron
Merk elektronik ini mungkin sudah lama dikenal. Satu-satunya produsen barang elektronik lokal yang mapu bersaing dengan barang elektronik asing. Didirikan pada tahun 1975 dengan nama PT. Indonesia Electronic & Engineering. Kemudian saat ini namanya berganti menjadi PT. Hartono Istana Teknologi. Pabriknya berlokasi di Semarang dan Kudus.

Motor
KANZEN
Nama perusahaanya PT Inti Kanzen Motor. Pemilik perusahaan ini ialah Rini Mariani Soemarno, mantan menperindag jaman presiden Megawati. Teknologi yang digunakan bekerja sama dengan Daelim, Korea. Dari hasil tes lab uji publik yang dilakukan Balai Termodinamika Motor dan Propulsi (BTMP) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terhadap 38 sepeda motor jenis bebek bermesin 100 CC selama periode Maret-Desember 2002 . Kanzen lulus bersama barisan motor-motor Jepang.

Mobil
GEA
Berasal dari kata Gulirkan Energi Alternatif. Alasan penamaan ini karena mesinnya bisa menggunakan bahan bakar bensin premium dan bahan bakar gas. Mesinnya dibuat oleh BPPT dan casing mobil oleh PT. INKA Madiun. Mobil ini sudah diperkenalkan kepada publik saat Jakarta International Expo (JiExpo) 2008 tetapi belum ada pemasaran skala besar. Karena sampai saat ini masih dalam proses pengujian. Pengujian pertama pernah dilakukan dengan rute Madiun, Ngawi, Ponorogo, Pacitan dan Magetan sejauh 10.000 km. Dan hasilnya, mobil dapat melaju dengan kecepatan masksimal 85km/jam dan dapat berjalan pada jalan menanjak seperti di sarangan (sebenarnya tergantung yang nyetir juga). Apabila proses pengujian sudah selesai, rencananya mobil ini siap dipasarkan dengan harga 45-50 juta per unit.

Masih banyak lagi....ESEMKA,  TAWON, WAKABA, FIN (Komodo), ARINA / DOCAR, GEA, BONEO, KANCIL dan ITM

Sabtu, 17 Juli 2010

HP Produk dalam negeri, lebih memilih HP Branded atau membuka lapangan kerja di Indonesia???


Produk Ponsel atau HP Indonesia

Matahari sudah tergelincir dari ubun-ubun, pertengahan bulan silam. Setelah rehat makan siang, ratusan karyawan kembali memenuhi delapan unit produksi pabrik PT J-Tech Indonesia. Mereka segera tenggelam dengan tugas masing-masing. Roda pabrik seluas 1,8 hektare yang berada di Kawasan Industri Surya Cipta, Karawang, Jawa Barat, itu kembali berdenyut.

Namun suasana berbeda tampak di unit perakitan telepon seluler (ponsel) di lantai II. Ruangan itu terlihat senyap. Sebagian lampu juga mati. Dua mesin perakitan tak berjalan. Hanya terlihat belasan pekerja berseragam biru yang tengah merakit dan mengepak pesawat telepon tetap nirkabel (FWA). ''Kebetulan hari ini bukan jadwal produksi ponsel Nexian. Jadi, mesin perakitan tak berjalan,'' ujar Daryono Budiharto, Direktur J-Tech Indonesia.

Nexian adalah merek ponsel CDMA lokal yang diproduksi Konsorsium Nexian Technology. Konsorsium ini terdiri dari J-Tech Manufacturing of Indonesia, PT Inti Pisma International (dimiliki PT INTI dan J-Tech Indonesia), PT Airwave Technology (perusahan asal Korea), dan PT Metrotech Jaya Komunika (distributror ponsel). Pada saat ini, produksi ponsel Nexian mencapai 8.000 hingga 10.000 unit per bulan dengan 11 model ponsel.

Pada masa awal produksi di semester pertama 2006, Nexian Technology hanya membuat tiga ponsel CDMA. Tapi jumlah unit produksi pabrik ponsel pertama dan satu-satunya di Indonesia ini tergolong tinggi, sampai 15.000 unit per bulan. Bahkan sempat menyentuh angka 20.000 per bulan di awal 2007, meski masih di bawah kapasitas produksi pabrik yang sanggup membuat 40.000 ponsel per bulan.

Pabrik Nexian memang menyatu dengan perusahaan induk J-Tech. Lini produksi ponsel hanyalah satu dari aneka lini lain, seperti cetakan plastik, perakitan plastik, pembuatan kumparan, perakitan komponen PCB, pembuatan keypad, laser marking, dan unit kontrol kualitas. Pabrik J-Tech menghasilkan sekitar 200 komponen elektronik, yang sebagian untuk pasar ekspor.

Menurut Isnur Rochmad, Direktur Operasional Nexian Technology, meski Nexian dirakit di Indonesia, belum semua komponennya buatan lokal. Sebagian besar alias 75% masih impor. Komponen buatan sendiri baru meliputi casing dan keypad. Sedangkan komponen mainboard, PCB, dan LCD masih diimpor dari Taiwan dan Korea. ''Karena memang belum ada di Indonesia,'' kata Isnur.

Ketiadaan komponen suku cadang pembuatan ponsel itu, lanjutnya, membuat ongkos produksi meningkat. Sebab sebagian besar komponen impor itu kena bea masuk (BM) 5% hingga 10%. Sebaliknya, impor produk jadi telematika, termasuk ponsel, terbebas dari BM. ''Itulah mengapa tak ada yang tertarik membuat pabrik ponsel di Indonesia. Lebih mudah dan murah mengimpor barang jadi,'' tutur Isnur.

Meski kebijakan pemerintah itu tak berpihak pada pengembangan ponsel lokal, Nexian Technology bertekad bisa eksis di pasar ponsel Indonesia. Malah mereka tetap yakin bisa menyerap sebagian kue bisnis ponsel Indonesia, yang mencapai puluhan trilyun rupiah per tahun.

Maklum, mereka pernah menikmati sukses ketika menjual bundling seri NX 350 dengan Esia, dua tahun lalu. Ponsel seharga Rp 299.000 itu laku sampai 100.000 unit dalam waktu setengah tahun.

Setelah sempat meredup sekitar setahun, Nexian bangkit lagi dengan mengusung seri ponsel berfitur dual mode, CDMA dan GSM on, dengan harga terjangkau, seperti seri NX 200D. Ponsel bundling dengan TelkomFlexi ini dibanderol Rp 2,5 juta. Dengan Fren, Nexian juga punya program bundling seri NX 970 seharga Rp 588.000. Pola bundling ini terbukti masih ampuh mendongkrak penjualan.

Tapi tetap belum cukup untuk mengatrol posisi Nexian sebagai pemain ponsel besar. Selama lebih dari satu dekade, pasar ponsel Indonesia dikuasai vendor-vendor internasional dengan brand kuat dan jaringan global. Lima besar penguasa pasar itu secara berurutan adalah Nokia, Sony Ericsson, Motorola, Samsung, dan LG.

Sampai tahun lalu, pangsa pasar Nokia sangat dominan, mencapai 55%. Disusul oleh Sony Ericsson dengan 20%, Motorola 8%, Samsung 4%, dan LG 2%. Sedangkan sisanya, 11%, terbagi ke puluhan merek kecil lain yang mayoritas berasal dari Cina.

Namun, berdasarkan data selama 10 tahun terakhir, hanya Nokia yang kokoh bertahan sebagai nomor wahid. Maklum, pasar mereka di negeri ini jauh lebih kuat dari pangsa pasar global yang berada di angka 40%. Dan di sini, performa brand asal Finlandia itu selalu kinclong dengan penguasaan pasar stabil di kisaran 55%.

Pertarungan keras terjadi untuk memperebutkan posisi kedua, ketiga, dan seterusnya. Motorola dan Samsung sama-sama sempat menduduki kursi runner up, sebelum sekarang digusur Sony Ericsson.

Malah, pada 2001 sampai 2003, posisi nomor dua masih dipegang Siemens. Kini ponsel Siemens sudah almarhum sejak dijual ke pabrikan ponsel asal Taiwan, Ben-q. Nasib serupa dialami Alcatel yang dulu sempat masuk jajaran lima besar dan kini berhenti berproduksi.

Peta persaingan seperti itulah yang kemudian memicu munculnya pabrikan ponsel yang mencoba peruntungan di pasar ponsel Indonesia. Sebagian besar pabrikan ini berasal dari Cina. Ada sekitar empat lusin merek dari ''negeri tirai bambu'' itu yang membanjiri pusat penjualan ponsel Indonesia.

Cobalah Anda jalan-jalan di Roxy Mas, Jakarta, pasti akan menemukan aneka merek ponsel yang ''ajaib'' dan terdengar janggal bagi orang awam. Sebut saja CECT, Daxian, Eastcom, Hisense, Imate, Konka, Maxon, hingga Qtek. Bahkan beberapa merek nekat memakai nama yang mirip vendor lima besar, seperti Nokla dan Suny Elicsson.

Meski nama mereka aneh dan beda, hampir semuanya mengusung kesamaan. Harga murah, kualitas produk dipertanyakan, tanpa garansi, dan distributornya tak jelas. Kondisi ini membuat citra ponsel Cina terpuruk.

Padahal, tak semua ponsel buatan Cina berkualitas buruk, apalagi abal-abal. Sebaliknya, mayoritas ponsel buatan Cina punya kualitas nomor satu. Terbukti dari keberadaan pabrik empat vendor besar: Nokia, Sony Ericsson, Samsung, dan Motorola, di Cina. Mayoritas hasil produksi pabrik di Shanghai dan Shenzhen itu untuk memasok pasar Asia. Tak terkecuali Indonesia.

Malah, seperti pernah disebutkan manajemen Nokia Indonesia, sekitar 85% ponsel Nokia yang beredar di sini buatan Cina. Dan perlu dicatat, ponsel yang dibuat di Cina bukan sekadar kelas low end. Melainkan juga mencakup kelas premium, bahkan N Series. Jika Anda punya Nokia 8800 atau N70, coba saja buka ponsel Anda. Tulisan ''made in China'' pasti muncul di baterai, meski hampir tak ada tulisan buatan negara mana di bodi ponsel.

Kemajuan industri ponsel Cina ini mendorong sebagian distributor independen ponsel Indonesia memberanikan diri membuat merek sendiri. Mereka bermitra dengan pabrikan ponsel dari Cina. Tapi ponselnya dinamai sesuai dengan permintaan sang distributor.

Sanex termasuk merek lokal pertama yang muncul sekitar tahun 2004. Setelah sempat berjaya berkat bundling dengan TelkomFlexi, merek ini lalu tenggelam. Tahun lalu, aneka merek lokal bermunculan. Ada Hitech, Mito, Sanex, Kozi, Taxco, D-One, Mito, dan Startech.

Ternyata merek lokal itu mampu unjuk gigi. Sebut saja Hitech, yang sanggup menggerogoti pasar ponsel GSM. Malah, hanya dalam empat bulan, merek keluaran PT Tirta Citra Nusantara (TCN) itu bisa menguntit di posisi keenam. Berdasarkan data dari lembaga riset pasar GFK, Hitech mampu memakan kue ponsel GSM sebanyak 1,02%. Hanya selisih 0,4% dari posisi kelima yang diduduki LG.

Padahal, Hitech baru punya dua produk, yaitu H38 dan H31. Sedangkan LG mengandalkan penjualan 20-an model. Tak mengherankan jika optimisme menyeruak dari jajaran manajemen TCN. ''Kami yakin bisa masuk lima besar pada kuartal pertama tahun ini,'' kata Andreas Limawan, General Manager TCN.

Menurut Andreas, penambahan dua model baru, yaitu H39 dan H382, akhir tahun lalu, akan mendongkrak penjualan ponsel mereka. Sebab dua model ini punya keunikan sama dengan H38, punya TV tuner. Fitur ini memungkinkan pelanggan ponsel menonton TV gratis seperti di rumah.

Sambutan pasar pada H38, lanjut Andreas, memang menggembirakan. Ponsel yang diluncurkan pada Agustus tahun lalu itu ditargetkan terjual 2.000 unit per bulan. Ternyata, sampai kini, penjualan ponsel seharga Rp 1,98 juta ini mencapai 5.000 unit per bulan. H38 tercatat sebagai ponsel terlaris ke-37 dari 428 model ponsel yang dijual di Indonesia sepanjang November silam.

Andreas berharap, sukses serupa diperoleh dari H382 dan H39. Apalagi, dua ponsel ini tampil lebih modis dengan pilihan warna lebih banyak, plus dilengkapi dengan koneksi Bluetooth.

Sukses Hitech menyusup ke posisi lima besar tak bisa dilepaskan dari pengalaman panjang TCN sebagai distributor ponsel selama satu dekade. Mereka belajar membaca tren pasar selama menjadi distributor Siemens di masa kejayaannya dan kemudian Ben-Q.

Strategi bisnis TCN juga berlandaskan pada analisis berbagai riset dan data penjualan. Hasilnya, mereka mengandalkan diferensiasi pasar, road map, kualitas produk, harga, pemasaran, dan layanan purnajual. TCN sengaja menyasar segmen pasar menengah. Namun dengan produk yang tak dilirik vendor besar alias niche market, seperti TV tuner dan fitur dual mode. Fitur TV tuner yang hanya cocok di Indonesia ini memang tak menarik bagi vendor ponsel global. Mereka memilih mengembangkan ponsel TV digital.

TCN juga memberi nilai tambah dengan fitur sekelas PDA, seperti layar sentuh. Andreas menjelaskan, meski mengusung kualitas bagus, mereka berupaya memasang harga lebih rendah dari kompetitor lima besar. ''Kami buat harga dengan perbandingan mereka. Meski kualitas dan fitur sama, kami tahu diri,'' ujarnya.

Lebih lanjut ia menyatakan, TCN belajar dari kegagalan vendor-vendor lokal sebelumnya karena tak punya road map produk yang matang. Padahal, road map penting untuk menjaga pasar dengan menghadirkan produk yang sesuai dengan tren pada waktunya.

Andreas juga menekankan pentingnya layanan purnajual dan servis. Tapi ia tak sependapat bahwa kualitas purnajual ditentukan semata dari kuantitas kantor pusat servis. ''Yang jauh lebih penting adalah kelengkapan suku cadang dan waktu servis sesingkat mungkin. Paling bagus tiga hari harus beres,'' paparnya. TCN menggandeng Dian Graha Elektrika (DGE) sebagai mitra layanan purnajual. DGE punya sekitar 20 titik servis di seluruh Indonesia.

Terkait kapan TCN mulai melokalkan Hitech dengan membangun pabrik di Indonesia, Andreas menyebutkan bahwa tak tertutup kemungkinan untuk melakukan itu. Sebab mitra mereka dari Cina pun sudah menunjukkan dukungan dan minat. Syaratnya, volume penjualan stabil dan regulasi investasi di sektor telematika membaik. ''Misalnya, aturan bea masuk impor komponen dipertimbangkan lagi sehingga mempermudah pembangunan pabrik,'' kata Andreas.

Tantangan lain yang harus diatasi adalah meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan pembangunan industri komponen suku cadang. Sebagai perbandingan, di Cina tak ada kendala ketersediaan komponen suku cadang elektronik. Saking lengkapnya, di pusat penjualan ponsel sudah tersedia suku cadang lengkap. Tinggal keliling belanja, hasilnya bisa dirakit menjadi ponsel sendiri.

Meski belum mampu membuat pabrik di Indonesia, TCN berupaya membuat desain ponsel sendiri. Ini jelas bukan soal mudah karena masalah riset dan pengembangan (R&D) di Indonesia setali tiga uang dengan suku cadang. Nyaris tidak ada.

Toh, mulai seri ponsel ketiga, TCN sudah bisa membuat molding sendiri. Meski, harganya lumayan mahal, Rp 500 juta per molding. Molding inilah yang membedakan produk mereka dari produk massal pabrik-pabrik Cina.

Memang desain TCN masih tak beda jauh dengan tren yang diusung pemimpin pasar atau yang ditawarkan mitra di Cina. Namun, ke depan, mereka berupaya menciptakan desain sendiri. ''Kami mulai dengan membuat lomba desain ponsel dalam waktu dekat. Hasilnya kami cetak jadi molding produk Hitech selanjutnya,'' ujar Andreas.

Jumat, 16 Juli 2010

Secuil Project Besar Indonesia


 Jembatan Selat Sunda

Jembatan selat sunda adalah salah satu proyek besar pembuatan jembatan yang melintasi selat sunda sebagai penghubung antara pulau jawa dengan pulau sumatera
jembatan selat sunda ini akan menjadi jembatan terpanjang pertama di dunia yang dibangun dengan bentang tengah sampai 2.200 meter. Perkiraan biaya investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan jss sekitar rp 100 triliun. Pembangunan proyek jss membutuhkan waktu minimal 10 tahun. Kalau tahun 2012 sudah mulai dibangun rencananya jembatan sudah dibuka tahun 2022. Pada jembatan tersebut akan dibuat enam lajur kendaraan, masing-masing tiga lajur dalam satu ruasnya. Jembatan selebar 60 meter ini juga dilengkapi dua jalur pejalan kaki dan jalur darurat. Tak hanya itu, jembatan ini juga akan dilengkapi dua rel kereta. Jembatan rencananya akan berada pada 70 meter di atas permukaan laut, dan melewati tiga pulau-pulau kecil di selat itu, yaitu pulau prajurit, ular, dan sangiang. Ini merupakan jembatan dengan panjang 29 kilometer yang akan menjadi jembatan terpanjang di dunia.






Lokasi Peluncuran satelite

lembaga penerbangan dan antariksa nasional (lapan) akan mendirikan “space port” atau lokasi peluncuran roket pendorong satelit di pulau biak, papua. Pulau biak merupakan lokasi yang sangat strategis untuk penerbangan ke angkasa luar karena posisinya sangat dekat dengan garis katulistiwa. Pulau biak berhadapan langsung dengan samudera luas sehingga proses peluncuran roket yang akan dilakukan diperkirakan tidak akan mengganggu negara lain. Jika roket pendorong satelit itu diluncurkan, serpihan atau benda-benda yang jatuh dari dari proses peluncuran itu akan jatuh ke laut, tidak mengenai negara lain, termasuk wilayah indonesia. Selain itu, pulau biak juga terletak di di area ekuatorial (posisinya hanya dua derajat dari garis katulistiwa) sehingga dorongan roket peluncur satelit lebih kuat dan mampu mengantar alat pemantauan di angkasa ke antariksa.




Jakarta akan segera memiliki salah satu menara tertinggi di dunia yang dinamakan “menara Jakarta“. Proyek Menara Jakarta yang sebelumnya terhenti akibat badai krisis moneter, akan kembali dilanjutkan kembali. Proyek Menara Jakarta akan kembali dibangun pengerjaan konstruksi pada Januari 2010. Pembangunan Menara Jakarta yang menelan anggaran Rp 5 triliun ini ditargetkan rampung 2012 mendatang. Menara Jakarta setinggi 558 meter ini nantinya akan mengalahkan Oriental Pearl Tower, Shanghai, setinggi 460 meter, KL Tower di Malaysia 421 meter, dan CN Tower di Kanada setinggi 533 meter. Dan tak kalah penting, Menara Jakarta akan dijadikan sebagai pusat jaringan telekomunikasi dan multimedia dengan data center dan disaster recovery center.
Menara Jakarta juga akan dijadikan sebagai traffic control dan pusat jaringan fiber optik di Jakarta. Menara ini juga akan memiliki restoran berputar, yang menarik lagi dari Menara Jakarta adalah bentuk kaki tiang menara yang memiliki bentuk tiga kaki yang menopang hingga ke atas. Bentuk semacam ini hanya satu-satunya di dunia untuk gedung-gedung pencakar langit. Jika telah selesai dibangun, Menara Jakarta ini akan menjadi icon kebanggaan bangsa Indonesia dan menjadi menara telekomunikasi dan broadcasting tertinggi di dunia.
 

Mobnas esemka akan launching 17 Agustus 2010



SUV kreasi anak SMK Indonesia

Meski baru resmi diluncurkan tepat saat Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) 17 Agustus 2010 mendatang, ternyata mobil kreasi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sudah ramai diminati masyarakat.

Hal ini diungkapkan Tenaga Ahli Direktorat Pembinaan SMK, Ari Setiawan ketika ditemui okezonedi sela acara Kompetisi SMK di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pekan lalu.

Ari mengaku, selama dipajang dalam acara tersebut, baik Rajawali maupun Digdaya sudah banyak diminati oleh para pengunjung yang kebetulan hadir di lokasi itu. "Mungkin sudah ada 200-an orang yang tanya soal mobil-mobil ini," paparnya.

Mereka, tambah Ari, rata-rata menanyakan perihal bagaimana kemampuan mobil tersebut, ketersediaan suku cadangnya, dan berapa harganya. "Ketika tahu harganya di bawah Rp200 juta, mereka pada langsung ingin memesan," sebut Ari.

Sebab kata dia, para calon konsumen itu mengira Rajawali yang tampil berupa Sport Utility Vehicle (SUV) dan Digdaya yang hadir dengan model double cabin, harganya akan sama dengan mobil-mobil dari negara lain.

"Mobil-mobil yang sama dari Jepang saja sekarang harganya hampir Rp300 jutaan, jadi mereka semangat sekali ketika mengetahui Rajawali dan DIgdaya harganya bisa di bawah itu, apalagi ini buatan Indonesia jadi ada kebanggaan tersendiri," lanjutnya.

Karena itu ia berharap Rajawali dan Digdaya bisa terjual sebanyak 200-250 unit tiap tahunnya. "Produksi semua di bantu AIK (PT Autocar Industri Komponen)," lanjut Ari.

Tetapi sekali lagi Ari mengaku belum bisa membuka keran pesanan untuk kedua mobil tersebut. "Saat ini sih kita sudah punya stok sekira 10 unit, tapi memang kita tidak buka pesanan dulu sampai 17 Agustus itu berkaitan pula agar kita punya waktu untuk produksi lebih banyak," imbuhnya.

Indonesia Siap Luncurkan Satelit

Info dari LAPAN, Indonesia merupakan negara yang besar. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan antariksa untuk telekomunikasi, penginderaan jauh, pendidikan, dan pemantauan bencana. Dengan demikian, Indonesia perlu berusaha untuk mencapai kemandirian bangsa di bidang ini.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara (Pustekelegan), Drs. Toto Marnanto Kadri, saat menjadi pembicara pada workshop Teknologi Survei Kebumian dan Pemetaan di Gedung BPPT 1, Jakarta.
Toto berpendapat, upaya mengembangkan satelit di Indonesia telah ditempuh Lapan melalui Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara. Lapan juga bekerja sama dengan Technical University of Berlin untuk mengembangkan satelit Lapan-Tubsat atau Lapan A1. Lapan-Tubsat telah diluncurkan pada 2007 di India. “Satelit ini merupakan satelit pertama buatan anak bangsa Indonesia dengan pengawasan dari universitas tersebut,” ujarnya.
Selain Lapan A1, di workshop tersebut, Toto juga memperkenalkan tiga satelit mikro yang sedang dibangun Lapan. Satelit tersebut yaitu Lapan A2, Lapan-Orari atau Lapan A3, dan LI-Sat.
Satelit Lapan A2 akan mengorbit secara ekuatorial ini. Nantinya, satelit ini dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana, pemantauan sumber daya alam, dan pengamatan bulan. ”Satelit ini akan melewati Indonesia setiap 97 menit,” ia menjelaskan.
Lapan-Orari atau Lapan A3 merupakan satelit yang akan membawa muatan komunikasi radio Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Satelit ini bermisi sebagai media pendeteksi dan penanggulangan bencana. Lapan-Orari ditempatkan pada orbit yang sama dengan Lapan A2. Menurut Toto, rencananya kedua satelit tersebut akan diluncurkan bersama pada 2011 dengan menggunakan roket India.
Li-Sat merupakan kerja sama Lapan dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Satelit yang rencananya diorbitkan pada 2014 ini, berfungsi untuk mendukung program ketahanan pangan nasional. Satelit tersebut akan diluncurkan pada orbit polar. ”Diharapkan, dengan satelit ini Indonesia akan memperoleh informasi tematik siklus tanaman padi,” Toto menjelaskan.
Workshop Teknologi Survei Kebumian dan Pemetaan diadakan oleh Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek), Bakosurtanal, Lapan, dan BPPT. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bakosurtanal, Dr. Asep Karsidi. Selain Toto, Ir. Bebas Purnawan, M. Sc. dari Bakosurtanal, Dr. Ir. Ridwan Djamaludin, M. Sc. dari BPPT, serta Beni Hermawan, M. Si. dari BPN turut mengisi acara tersebut.

Indonesia Siap buat Jet Tempur


Berita Menggembirakan, Maju Terus Indonesia....
Korea Selatan - Indonesia, Kamis (15/7), sepakat bergabung dalam proyek pengembangan jet tempur KF-X, Korea Selatan, yang tertunda selama beberapa tahun akibat masalah teknis dan pendanaan.
"Indonesia akan memperoleh sekitar 50 jet tempur KF-X dengan menanggung 20% biaya pengembangan proyek bernilai miliaran dollar AS itu," kata Kementerian Pertahanan Korsel dalam sebuah pernyataan.
Kedua negara juga sepakat untuk bekerja sama dalam produksi dan pemasaran jet tempur tersebut.
Kesepakatan ini ditandatangani di Seoul oleh Komisioner Kementerian Pertahanan Korsel dan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Indonesia, Eris Herryanto.
Korsel telah meluncurkan proyek tersebut pada tahun 2000 untuk memproduksi jet tempur buatan dalam negeri.
Setelah lama ditangguhkan karena masalah teknis dan ekonomi, Presiden Lee Myung-Bak pada Januari lalu setuju untuk mendorong proyek tersebut di tengah meningkatnya ketegangan antara Korsel dan Korut.
Korsel berencana menonaktifkan semua jet tempur F-4 dan F-5 pada 2020. Kantor berita Korsel,Yonhap, melaporkan, sekitar 170 jet tempur F-5 beroperasi di Korsel.
Pesawat-pesawat tersebut kali pertama terbang pada 1975 dan telah mengalami sejumlah kecelakaan udara.
"Pengaktifan kembali proyek itu akan dimulai awal tahun depan, dan kami berencana memproduksi jet-jet tempur baru setelah studi kelayakan rampung pada akhir 2012," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel.
"Kami memerlukan mitra asing yang akan mentransfer teknologi dan suku cadang utama jet tempur tersebut," ujarnya, tanpa menyebutkan total dana yang diperlukan.
Menurut juru bicara tersebut, di samping pengembangan proyek kunci KF-X itu, Korsel juga akan terus membeli jet-jet tempur canggih dari perusahaan asing.