Info dari LAPAN, Indonesia merupakan negara yang besar. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan antariksa untuk telekomunikasi, penginderaan jauh, pendidikan, dan pemantauan bencana. Dengan demikian, Indonesia perlu berusaha untuk mencapai kemandirian bangsa di bidang ini.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara (Pustekelegan), Drs. Toto Marnanto Kadri, saat menjadi pembicara pada workshop Teknologi Survei Kebumian dan Pemetaan di Gedung BPPT 1, Jakarta.
Toto berpendapat, upaya mengembangkan satelit di Indonesia telah ditempuh Lapan melalui Pusat Teknologi Elektronika Dirgantara. Lapan juga bekerja sama dengan Technical University of Berlin untuk mengembangkan satelit Lapan-Tubsat atau Lapan A1. Lapan-Tubsat telah diluncurkan pada 2007 di India. “Satelit ini merupakan satelit pertama buatan anak bangsa Indonesia dengan pengawasan dari universitas tersebut,” ujarnya.
Selain Lapan A1, di workshop tersebut, Toto juga memperkenalkan tiga satelit mikro yang sedang dibangun Lapan. Satelit tersebut yaitu Lapan A2, Lapan-Orari atau Lapan A3, dan LI-Sat.
Satelit Lapan A2 akan mengorbit secara ekuatorial ini. Nantinya, satelit ini dapat dimanfaatkan untuk penanggulangan bencana, pemantauan sumber daya alam, dan pengamatan bulan. ”Satelit ini akan melewati Indonesia setiap 97 menit,” ia menjelaskan.
Lapan-Orari atau Lapan A3 merupakan satelit yang akan membawa muatan komunikasi radio Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Satelit ini bermisi sebagai media pendeteksi dan penanggulangan bencana. Lapan-Orari ditempatkan pada orbit yang sama dengan Lapan A2. Menurut Toto, rencananya kedua satelit tersebut akan diluncurkan bersama pada 2011 dengan menggunakan roket India.
Li-Sat merupakan kerja sama Lapan dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Satelit yang rencananya diorbitkan pada 2014 ini, berfungsi untuk mendukung program ketahanan pangan nasional. Satelit tersebut akan diluncurkan pada orbit polar. ”Diharapkan, dengan satelit ini Indonesia akan memperoleh informasi tematik siklus tanaman padi,” Toto menjelaskan.
Workshop Teknologi Survei Kebumian dan Pemetaan diadakan oleh Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mapiptek), Bakosurtanal, Lapan, dan BPPT. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Bakosurtanal, Dr. Asep Karsidi. Selain Toto, Ir. Bebas Purnawan, M. Sc. dari Bakosurtanal, Dr. Ir. Ridwan Djamaludin, M. Sc. dari BPPT, serta Beni Hermawan, M. Si. dari BPN turut mengisi acara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar